Mama pernah jadi dunia tempat pertama matamu terbuka,
tempat pertama kakimu berpijak,
tempat pertama tangismu reda dalam peluk.
Tapi hari-hari itu memudar,
seperti musim yang tak sudi diam.
Indah… lalu hilang.
Untuk Arkan,
yang dulu selalu bersembunyi di balik punggung mama saat takut,
sekarang berjalan lebih cepat dari bayanganku,
mengejar langit dengan keberanian
yang tak lagi menoleh ke belakang.
mama bangga, tapi mama juga patah,
karena tak lagi jadi tempatmu berlindung.
Untuk Cila,
yang tawanya dulu memenuhi lorong rumah,
kini lebih sering diam di balik layar waktu.
mama tahu kau belajar menjadi kuat—
dan mama tak ingin menghalangi.
Tapi bolehkah sekali saja
kau genggam tangan mama?
bukan karena butuh,
tapi karena rindu?
Untuk Louis,
yang paling kecil tapi paling keras menolak digendong sekarang.
Kau tumbuh seperti angin: cepat, tak terduga.
mama rindu memelukmu tiap hari,
berharap kau akan kembali meringkuk
meski cuma untuk satu malam yang utuh.
mama tahu,
kalian harus hidup di luar pelukan mama.
Dunia menunggu.
Tapi malam-malam kadang terlalu panjang,
dan rumah ini terlalu sunyi
tanpa suara kalian.
Jadi, nak…
kalau pun kalian harus pergi,
tinggallah…
sedikit lebih lama dalam ingatan mama.
Biar aku simpan
sisa-sisa kalian yang kecil
di dalam hati mama
yang tak pernah benar-benar siap ditinggalkan.